Bismillahirahmanirahim

Semoga Ilmu yang dibagi dan pengetahuan yang diajarkan dapat menambah dan mempertebal keimanan dan Ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Rabu, 19 Agustus 2015

Semua Bermula dari Keluarga


SEMUA BERMULA DARI KELUARGA
Soleh Amini Yahman[1]


[1] Drs. Soleh Amini Yahman. Msi. Psi. Dosen Universitas Muhammadiyah Surakrata, anggota Dewan Pendidikan Kota (DPKS) solo 2013 – 2018.

Dalam perpektif psikologi sosial, keluarga itu merupakan kelompok sosial primer atau “The primary social group” . Sebagai kelompok social primer keluarga mempunyai fungsi utama untuk membentuk framework personality atau kerangka kepribadian seseorang. Oleh karena itu peran keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pendidikan anak, baik dalam lingkungan keluarga Islam maupun lingkungan keluarga non Islam.


©Mengapa demikian ? karena di dalam lingkungan keluarga  inilah  seorang  manusia pertama kali belajar tentang kehidupan sehingga kelak dia menjadi manusia yang baik atau tidak baik ,menjadi manusia yang taat kepada Allah atau menjadi manusia yang ingkar kepada Allah. Sebegitu penting arti dan peranan Keluarga dalam pendidikan seseorang maka Allah memperingatkan dan memerintahkan kepada kita semua untuk  selalu menjaga keluarga kita dengan sebaik-baiknya sehingga terhindar dari celaka terjilat api neraka. Allah berfirman dalam Al Quran 
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Menjaga keluarga yang dimaksud dalam ayat yang mulia ini adalah dengan cara mendidik, mengajari, memerintahkan mereka, dan membantu mereka untuk bertakwa kepada Allah , serta melarang mereka dari bermaksiat kepada-Nya.
Seorang suami wajib mengajari keluarganya tentang perkara yang di-fardhu-kan oleh Allah . Bila ia mendapati mereka berbuat maksiat segera dinasihati dan diperingatkan. (Tafsir ath-Thabari, 28/166, Ruhul Ma‘ani, 28/156)
Keluarga mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembangunan masyarakat  dunia , karena keluarga merupakan batu sendi  atau batu pondasi bangunan masyarakat tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapakan insan insan mulia yang paripurna beriman dan bertaqwa hanya kepada Allah SWT  sebagaimana Allah firmankan dalam QS Ali Imran : 110  
kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Untuk mewujutkan cita cita menjadikan diri kita menjadi umat yang terbaik maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan keluarga yang berbasis samara dengan cara memberikan perawatan, pendidikan dan pengasuhan yang terbaik kepada anak-anak kita. Keluarga menjadi sangat penting karena adalah merupakan batu sendi pertama seorang manusia mengenal kehidupannya. Keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak anak kita untuk menjadi manusia. Apa yang terjadi di dalam lingkungan keluarga, apa yang dirasakan dalam keluarga dan apa yang dilihat, didengar dan dialami dalam keluarga akan terekam (terinternalisasi) dalam catatan hidupnya sepanjang hayat, dan akan sangat mempengaruhi pola perilaku serta pembentukan kepribadiaannya.
Fungsi dan Peran keluarga dalam tumbuh kembang anak
Minimal ada tiga peran dan fungsi keluarga dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu
1.      Peran dan fungsi perawatan
2.      Peran dan fungsi pengasuhan
3.      Peran dan fungsi pendidikan
Ketiga peran dan fungsi keluarga tersebut tidaklah berdiri sendiri sendiri , tetapi merupakan satu cakupan pengelolaan manajerial keluarga, dan tidak pula terdeferensiasi dalam job diskripsi ini tugas ayah ini tugas ibu. Ayah dan ibu sebagai leader (imam) dalam keluarga mempunyai tugas bersama melakukan tiga peran dan fungsi tersebut.
Untuk dapat melaksanakan peran dan fungsi keluarga tersebut secara maksimal, maka keluarga (ayah dan ibu) harus memahami hal hal hal sebagai berikut : (1). Kebutuhan dasar anak (2). Dinamika kehidupan sosiopsikologis anak (3) Dunia anak anak dan beberapa hall ain yang menjadi ciri atau karakteristik kehidupananak anak.
Kebutuhan dasar anak meliputi  (1) kebutuhan biologis, yakni ketercukupan kebutuhan asupan gizi dan nutrisi sehingga anak mempunyai peluang yang besar untuk melalui masa tumbuh-kembangnya dengan sehat bahagia dan sejahtera (2). Kebutuhan rasa aman, meliputi aman secara lahiriah (cukup sandang, papan) dan aman secara sosial maupun psikologis (bebas dari rasa takut, tertekan, ketidaknyamanan, cukup memperoleh pendidikan dsb) (3). Kebutuhan cinta dan kasih sayang, yakni cinta dan kasih sayang dari ayah ibu dan anggota keluarga lainnya serta dari lingkungan masyarakat,guru maupun teman-teman sebaya/peer group. (4) kebutuhan akan penghargaan yakni diakui dan dihargai, tidak dilecehkan atau disepelekan oleh siapa saja dan (5). Kebutuhan untuk beraktualisasi, berkarya, bermain dan berprestasi.
Dalam hal pengasuhan anak dalam keluarga ini, Syaikh abu Hamid Al Ghazali mengatakan “ Ketahuilah bahwa anak merupakan amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada siapa saja yang disodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan  dia akan tumbuh dalam kebaikan. Tetapi jika dibiasakan dengan kejelekan dan diliarkan sebagaimana binatang ternak yang digembalakan dipadang , maka dia menjadi jahat dan akhirnya binasa.
Baik buruknya akhlak dan kepribadian seorang anak menjadi tanggung jawab orang tua atau walinya. Jika anak tumbuh berkembang dengan baik maka berbahagialah kedua orang tua dan juga guru-gurunya. Namun sebaliknya jika dia tumbuh menjadi jahat dan inkar kepada allah maka dosanyapun ditanggung oleh orang ua dan walinya. Oleh karena itu, maka hendaklah para orang tua memelihara mendidik  dan membina serta mengajarinya dengan akhlak yang baik, menjaganya dari teman teman atau pergaulan yang jahat
Selain fungsi fungsi tersebut menurut peraturan pemerintah (PP) nomor 21 tahun 1994, ada 8 fungsi keluarga, yaitu:

1. Fungsi Keagamaan
Dalam keluarga dan anggotanya fungsi ini perlu didorong dan dikembangkan agar kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai luhur budaya bangsa untuk menjadi insan agamis yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2.  Fungsi Sosial Budaya
Fungsi ini memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan, sehingga dalam hal ini diharapkan ayah dan ibu untuk dapat mengajarkan dan meneruskan tradisi, kebudayaan dan sistem nilai moral kepada anaknya.

3. Fungsi Cinta kasih
Hal ini berguna untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Cinta menjadi pengarah dari perbuatan-perbuatan dan sikap-sikap yang bijaksana.

4.  Fungsi Melindungi
Fungsi ini dimaksudkan untuk menambahkan rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota keluarga.

  5.  Fungsi Reproduksi
Fungsi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang direncanakan dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia di dunia yang penuh iman dan takwa.

6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Fungsi yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa yang akan datang.

7.  Fungsi Ekonomi
Sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.

8.  Fungsi Pembinaan Lingkungan
Memberikan kepada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri secara serasi, selaras,

Memahami dunia Anak –anak
Anak-anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini, anak adalah seorang individu dengan ciri-ciri khusus yang berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu dalam mensikapi atau menghadapi perilaku seorang anak harus pula dibedakan dengan cara-cara kita dalam menghadapi orang dewasa. Anak-anak mempunyai dunianya sendiri yang khas, yang sangat berbeda atau bahkan bertentangan dengan dunia orang dewasa.
            Untuk memahami hakekat diri manusia, harus dimulai dari pemahaman tentang awal mula eksistensi (keberadaan ) diri manusia itu sendiri, yaitu memahami bagaimana kehidupan dunia anak-anak. Impresi dari masa kanak-kanak sangat mempengaruhi proses pembentukan dan pengembangan kepribadian  (personality Building) , karakter, social attitude, dan konsep diri (self concept). Pengalaman yang diperoleh anak pada masa kanak-kanaknya (childhood) akan menjadi dasar bagi pengembangan dan pembentuan kepribadian pada saat anak telah menjadi dewasa. Pengalaman yang pernah dialami pada masa lalu (khususnya pada masa anak-anak)  pada hakekatnya  masih melekat pada diri individu sekalipun individu tersebut telah dewasa.
Sampai pada tingkatan tertentu , manusia dewasa adalah merupakan produk dari pemeliharaan dan pembentukan  dari pengalaman yang diperoleh  pada masa kanak-kanak. Sehingga , sekalipun si anak telah menjadi dewasa , unsur-unsur kekanak-kanakan itu masih melekat  pada diri individu. Sekuat apapun kita berusaha  untuk melepaskan unsur anak-anak tersebut pada usia dewasa/tua, dunia anak-anak itu tetap akan memberi stempel yang jelas pada kepribadin kita sekarang. Dengan  begitu masa kanak-kanak  pada hakekatnya  merupakan  suatu bagian  yang sangat esensial dari eksistensi setiap diri manusia. Oleh sebab itu pengertian dan pemahaman tentang “being”  atau kehidupan  anak-anak  akan sangat bermanfaat bagi pemahaman tentang hakekat manusia pada umumnya , sehingga kita dapat secara adaptif dan adekwat dalam memberikan pengasuhan, bimbingan dan pendidikan kepada anak-anak .
Usia 1 tahun hingga usia 5 tahun adalah merupakan usia primer (primery old) yaitu masa dimana anak mengalami proses tumbuh kembang dengan sangat cepat. Namun dibalik dinamika pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat tersebut, usia 1 sampai 5 tahun juga sangat rentan kemungkinan terjadinya benturan-benturan piskologis maupun fisis. Sebagian ahli menyebut usia 1 – 5 tahun adalah sebagai ‘usia emas” atau the golden age., sedang sebagian ahli yang lain menempatkan usia 1 – 5 tahun sebagai usia dini.  Focus pengasuhan pada usia dini adalah pada aspek pengembangan psikologisnya (developmental) nya. Aspek psikologis yang sangat  diperlukan untuk diperhatikan adalah aspek kemampuan “belajar sosial” atau social learning proces. Yaitu aspek kemampuan berimitasi, beridentifikasi dan bersosialisasi atau playing. Namun demikian tentu saja pengasuhan pada aspek fisik, seperti ketercukupan gizi, kebersihan, dan kesehatan juga harus diperhatikan dengan baik. Lebih baik sekali jika program pengasuhan pada usia dini dapat ditangani secara langsung oleh Ibu kandung dan pemberian ASI ekslusif sampai minimal 6 bulan kemudian dilanjutkan pemberian ASI  lanjutan sampai usia 2 tahun.
Terkait dengan pola pengasuhan, pembinaan dan pendidikan pada anak-anak usia dini, ada beberapa hal yang sangat urgen untuk dipahami oleh para orang tua (ibu dan bapak). Hal hal tersebut adalah tentang bagaimana naluri dan kemampuan pengenalan pertama anak, dan sifat-sifat/karakter awal yang dimiliki anak. Karakter atau sifat dasar ini diantara yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sifat egosentrisme anif dan sifat fisiognomi anak terhadap dunia di sekitarnya ( tentang hal hal tersebut akan disajikan dalam makalah yang terpisah dari makalah ini)
Tuntunan Islam dalam Pengasuhan Anak
Baik buruknya akhlak dan kepribadian seorang anak menjadi tanggung jawab orang tua atau walinya. Jika anak tumbuh berkembang dengan baik maka berbahagialah kedua orang tua dan juga guru-gurunya. Namun sebaliknya jika dia tumbuh menjadi jahat dan inkar kepada allah maka dosanyapun ditanggung oleh orang ua dan walinya. Oleh karena itu, maka hendaklah para orang tua memelihara mendidik  dan membina serta mengajarinya dengan akhlak yang baik, menjaganya dari teman teman atau pergaulan yang jahat
Untuk itu seorang guru atau orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan kita nabi Muhammad SAW. Beberapa tuntunan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1.       Menanamkan Tauhid dan Aqidah yang benar kepada anak . Tauhid merupakan landasan Islam. Apabila benar tauhidnya, maka ia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan diakhirat. Tanpa tauhid yang benar orang akan jatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan didunia dan diakherat , kekal dalam adzab neraka. 
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. QS : Anisa 48
ÇBegitu beratnya dosa syirik maka dalam Al Quran pula Allah mengkisahkan nasehat Lukaman kepada anaknya .QS Lukman : 13.  
dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
2.  Mengajari Anak Untuk Melaksanakan Ibadah : Hendaknya sejak kecil putra putri kita diajarkan bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan  tuntunan Rasullulah Nabi Muhammad SAW . Mulai dari tata cara berwudhu, shalat, puasa serta berbagai ibadah lainnya. Ajarilah anak anak Untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan “pukul”/cebleklah  mereka ketika sudah berusia 10 tahun bila tidak mau shalat. Bila mereka telah bisa menjaga ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka dari dini, insya Allah ketika dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
3.  Mengajarkan Al-Quran, Hadits serta Doa dan Dzikir yang Ringan kepada Anak-anak
Dimulai dengan surat Al-Fathihah dan surat-surat yang pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru khusus bagi mereka yang mengajari tajwid, menghapal Al-Quran serta hadits. Begitu pula dengan doa dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai menghapalkannya, seperti doa ketika makan, keluar masuk WC dan lain-lain.
4.      Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang Mulia
Ajarilah anak dengan berbagai adab Islami seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll.
Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlaq lainnya.
5.      Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan
Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan, seperti merokok, judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya
6.      Menanamkan Cinta Jihad serta Keberanian
Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah keberanian Nabi dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam agar mereka mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah membebaskan negeri-negeri.
7.      Membiasakan Anak dengan Pakaian yang Syar’i
Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan anak-anak dari model-model pakaian barat yang tidak syar’i, bahkan ketat dan menunjukkan aurat.
Cara cara tersebut dapat diimplemtasikan dengan Konsep dan metode 4T dalam Mendidika Anak.
1.      T 1 : Teges (memahami jatindiri sebagai orang tua)
2.      T 2 : Tulhada (orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya)
3.      T 3 : Tegel (orang tua harus tegas dalam menegakkan aturan atau kesepakatan taua hal hal lain yang jelek yang tidak sesuai ajaran agama)
4.      T 4 : Tenanan lan Tememen (sungguh sungguh dan tidak banyak mengeluh)
Anak adalah amanah Tuhan yang menjadi salah satu kunci kita menuju kemuliaan surga, yang tentunya menjadi idaman dan cita cita bagi setiap muslim untuk menjadi penghuninya. Karena anak kitalah salah satu sebab kita bisa menjadi penghuni atau penduduk surga.
“(di akherat) seseorang merasa heran ketika dirinya berada di syurga dengan kedudukan yang mulia. Lalu Ia bertanya dari mana kedudukan ini bisa diperoleh, (para malikat menjawab) anakmulah yang selalu mendoakan ampunan untukmu. (HR. Ahmad)
Demikianlah beberapa tuntunan  Islam dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mendidik anak. Hendaknya para orang tua dan pendidik bisa merealisasikannya dalam pendidikan mereka terhadap anak-anak. Dan hendaknya pula mereka ingat, untuk selalu bersabar, menasehati putra-putri Islam dengan lembut dan penuh kasih sayang. Jangan membentak atau mencela mereka, apalagi sampai mengumbar-umbar kesalahan mereka.
Akhirnya mari kita memohon kepada allah semoga anak anak kita menjadi anak yang menyenangkan hati kita selaku orang tua.
dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. QS Al Furqan 74r
Semoga bermanfaat, terutama bagi orangtua dan para pendidik. Wallahu a’lam bishsawab.

1 komentar: