SEMUA
BERMULA DARI KELUARGA
Soleh
Amini Yahman[1]
[1] Drs. Soleh Amini Yahman. Msi. Psi. Dosen Universitas Muhammadiyah
Surakrata, anggota Dewan Pendidikan Kota (DPKS) solo 2013 – 2018.
Dalam perpektif psikologi sosial, keluarga itu merupakan kelompok sosial primer atau “The primary social group” . Sebagai kelompok social primer keluarga mempunyai fungsi utama untuk membentuk framework personality atau kerangka kepribadian seseorang. Oleh karena itu peran keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pendidikan anak, baik dalam lingkungan keluarga Islam maupun lingkungan keluarga non Islam.
©Mengapa demikian ? karena di dalam lingkungan
keluarga inilah seorang
manusia pertama kali belajar tentang kehidupan sehingga kelak dia menjadi
manusia yang baik atau tidak baik ,menjadi manusia yang taat kepada Allah atau
menjadi manusia yang ingkar kepada Allah. Sebegitu penting arti dan peranan
Keluarga dalam pendidikan seseorang maka Allah memperingatkan dan memerintahkan
kepada kita semua untuk selalu menjaga
keluarga kita dengan sebaik-baiknya sehingga terhindar dari celaka terjilat api
neraka. Allah berfirman dalam Al Quran
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.
Menjaga keluarga yang dimaksud dalam
ayat yang mulia ini adalah dengan cara mendidik, mengajari, memerintahkan
mereka, dan membantu mereka untuk bertakwa kepada Allah , serta melarang mereka
dari bermaksiat kepada-Nya.
Seorang suami wajib mengajari
keluarganya tentang perkara yang di-fardhu-kan oleh Allah . Bila ia mendapati
mereka berbuat maksiat segera dinasihati dan diperingatkan. (Tafsir
ath-Thabari, 28/166, Ruhul Ma‘ani, 28/156)
Keluarga mempunyai peranan yang sangat besar dalam
pembangunan masyarakat dunia , karena
keluarga merupakan batu sendi atau batu
pondasi bangunan masyarakat tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapakan
insan insan mulia yang paripurna beriman dan bertaqwa hanya kepada Allah
SWT sebagaimana Allah firmankan dalam QS
Ali Imran : 110
kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Untuk mewujutkan
cita cita menjadikan diri kita menjadi umat yang terbaik maka langkah pertama
yang harus dilakukan adalah mempersiapkan keluarga yang berbasis samara dengan
cara memberikan perawatan, pendidikan dan pengasuhan yang terbaik kepada
anak-anak kita. Keluarga menjadi sangat penting karena adalah merupakan batu
sendi pertama seorang manusia mengenal kehidupannya. Keluarga merupakan
sekolah pertama bagi anak anak kita untuk menjadi manusia. Apa yang
terjadi di dalam lingkungan keluarga, apa yang dirasakan dalam keluarga dan apa
yang dilihat, didengar dan dialami dalam keluarga akan terekam
(terinternalisasi) dalam catatan hidupnya sepanjang hayat, dan akan sangat
mempengaruhi pola perilaku serta pembentukan kepribadiaannya.
Fungsi
dan Peran keluarga dalam tumbuh kembang anak
Minimal ada tiga
peran dan fungsi keluarga dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu
1.
Peran
dan fungsi perawatan
2.
Peran
dan fungsi pengasuhan
3.
Peran
dan fungsi pendidikan
Ketiga peran dan
fungsi keluarga tersebut tidaklah berdiri sendiri sendiri , tetapi merupakan
satu cakupan pengelolaan manajerial keluarga, dan tidak pula terdeferensiasi
dalam job diskripsi ini tugas ayah ini tugas ibu. Ayah dan ibu sebagai leader
(imam) dalam keluarga mempunyai tugas bersama melakukan tiga peran dan fungsi
tersebut.
Untuk dapat
melaksanakan peran dan fungsi keluarga tersebut secara maksimal, maka keluarga
(ayah dan ibu) harus memahami hal hal hal sebagai berikut : (1). Kebutuhan
dasar anak (2). Dinamika kehidupan sosiopsikologis anak (3) Dunia anak anak dan
beberapa hall ain yang menjadi ciri atau karakteristik kehidupananak anak.
Kebutuhan dasar
anak meliputi (1) kebutuhan biologis,
yakni ketercukupan kebutuhan asupan gizi dan nutrisi sehingga anak mempunyai
peluang yang besar untuk melalui masa tumbuh-kembangnya dengan sehat bahagia
dan sejahtera (2). Kebutuhan rasa aman, meliputi aman secara lahiriah (cukup
sandang, papan) dan aman secara sosial maupun psikologis (bebas dari rasa takut,
tertekan, ketidaknyamanan, cukup memperoleh pendidikan dsb) (3). Kebutuhan
cinta dan kasih sayang, yakni cinta dan kasih sayang dari ayah ibu dan anggota
keluarga lainnya serta dari lingkungan masyarakat,guru maupun teman-teman
sebaya/peer group. (4) kebutuhan akan penghargaan yakni diakui dan dihargai,
tidak dilecehkan atau disepelekan oleh siapa saja dan (5). Kebutuhan untuk
beraktualisasi, berkarya, bermain dan berprestasi.
Dalam hal pengasuhan anak dalam
keluarga ini, Syaikh abu Hamid Al Ghazali mengatakan “ Ketahuilah bahwa anak
merupakan amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan
permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan
apapun dan condong kepada siapa saja yang disodorkan kepadanya. Jika dibiasakan
dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh
dalam kebaikan. Tetapi jika dibiasakan dengan kejelekan dan diliarkan
sebagaimana binatang ternak yang digembalakan dipadang , maka dia menjadi jahat
dan akhirnya binasa.
Baik buruknya akhlak dan kepribadian seorang anak
menjadi tanggung jawab orang tua atau walinya. Jika anak tumbuh berkembang
dengan baik maka berbahagialah kedua orang tua dan juga guru-gurunya. Namun
sebaliknya jika dia tumbuh menjadi jahat dan inkar kepada allah maka dosanyapun
ditanggung oleh orang ua dan walinya. Oleh karena itu, maka hendaklah para
orang tua memelihara mendidik dan
membina serta mengajarinya dengan akhlak yang baik, menjaganya dari teman teman
atau pergaulan yang jahat
Selain
fungsi fungsi tersebut menurut
peraturan pemerintah (PP) nomor 21 tahun 1994, ada 8 fungsi keluarga,
yaitu:
1. Fungsi
Keagamaan
Dalam
keluarga dan anggotanya fungsi ini perlu didorong dan dikembangkan agar
kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai luhur budaya bangsa
untuk menjadi insan agamis yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2.
Fungsi Sosial Budaya
Fungsi ini
memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk
mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan,
sehingga dalam hal ini diharapkan ayah dan ibu untuk dapat mengajarkan dan
meneruskan tradisi, kebudayaan dan sistem nilai moral kepada anaknya.
3. Fungsi Cinta kasih
Hal ini berguna untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak
dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan kekerabatan
antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan
yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Cinta menjadi pengarah dari
perbuatan-perbuatan dan sikap-sikap yang bijaksana.
4.
Fungsi Melindungi
Fungsi ini
dimaksudkan untuk menambahkan rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota
keluarga.
5.
Fungsi Reproduksi
Fungsi
yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang direncanakan dapat
menunjang terciptanya kesejahteraan manusia di dunia yang penuh iman dan takwa.
6. Fungsi
Sosialisasi dan Pendidikan
Fungsi
yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa
melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa yang akan datang.
7. Fungsi
Ekonomi
Sebagai
unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.
8.
Fungsi Pembinaan Lingkungan
Memberikan
kepada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri secara serasi, selaras,
Memahami
dunia Anak –anak
Anak-anak
bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini, anak adalah seorang individu dengan
ciri-ciri khusus yang berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu dalam
mensikapi atau menghadapi perilaku seorang anak harus pula dibedakan dengan
cara-cara kita dalam menghadapi orang dewasa. Anak-anak mempunyai dunianya
sendiri yang khas, yang sangat berbeda atau bahkan bertentangan dengan dunia
orang dewasa.
Untuk memahami hakekat diri manusia,
harus dimulai dari pemahaman tentang awal mula eksistensi (keberadaan ) diri manusia itu sendiri, yaitu memahami
bagaimana kehidupan dunia anak-anak. Impresi
dari masa kanak-kanak sangat mempengaruhi proses pembentukan dan pengembangan
kepribadian (personality Building) , karakter, social attitude, dan konsep diri (self concept). Pengalaman yang diperoleh anak pada masa
kanak-kanaknya (childhood) akan
menjadi dasar bagi pengembangan dan pembentuan kepribadian pada saat anak telah
menjadi dewasa. Pengalaman yang pernah dialami pada masa lalu (khususnya pada
masa anak-anak) pada hakekatnya masih melekat pada diri individu sekalipun
individu tersebut telah dewasa.
Sampai
pada tingkatan tertentu , manusia dewasa adalah merupakan produk dari
pemeliharaan dan pembentukan dari
pengalaman yang diperoleh pada masa kanak-kanak.
Sehingga , sekalipun si anak telah menjadi dewasa , unsur-unsur kekanak-kanakan
itu masih melekat pada diri individu.
Sekuat apapun kita berusaha untuk
melepaskan unsur anak-anak tersebut pada usia dewasa/tua, dunia anak-anak itu
tetap akan memberi stempel yang jelas pada kepribadin kita sekarang.
Dengan begitu masa kanak-kanak pada hakekatnya merupakan
suatu bagian yang sangat esensial
dari eksistensi setiap diri manusia. Oleh sebab itu pengertian dan pemahaman
tentang “being” atau kehidupan anak-anak
akan sangat bermanfaat bagi pemahaman tentang hakekat manusia pada
umumnya , sehingga kita dapat secara
adaptif dan adekwat dalam
memberikan pengasuhan, bimbingan dan pendidikan kepada anak-anak .
Usia 1 tahun
hingga usia 5 tahun adalah merupakan usia primer (primery old) yaitu masa
dimana anak mengalami proses tumbuh kembang dengan sangat cepat. Namun dibalik
dinamika pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat tersebut, usia 1 sampai
5 tahun juga sangat rentan kemungkinan terjadinya benturan-benturan piskologis
maupun fisis. Sebagian ahli menyebut usia 1 – 5 tahun adalah sebagai ‘usia
emas” atau the golden age., sedang
sebagian ahli yang lain menempatkan usia 1 – 5 tahun sebagai usia dini. Focus pengasuhan pada usia dini adalah pada aspek
pengembangan psikologisnya (developmental) nya. Aspek psikologis yang
sangat diperlukan untuk diperhatikan
adalah aspek kemampuan “belajar sosial” atau social learning proces. Yaitu aspek kemampuan berimitasi,
beridentifikasi dan bersosialisasi atau playing. Namun demikian tentu saja
pengasuhan pada aspek fisik, seperti ketercukupan gizi, kebersihan, dan
kesehatan juga harus diperhatikan dengan baik. Lebih baik sekali jika program
pengasuhan pada usia dini dapat ditangani secara langsung oleh Ibu kandung dan
pemberian ASI ekslusif sampai minimal 6 bulan kemudian dilanjutkan pemberian
ASI lanjutan sampai usia 2 tahun.
Terkait dengan
pola pengasuhan, pembinaan dan pendidikan pada anak-anak usia dini, ada
beberapa hal yang sangat urgen untuk dipahami oleh para orang tua (ibu dan
bapak). Hal hal tersebut adalah tentang bagaimana naluri dan kemampuan
pengenalan pertama anak, dan sifat-sifat/karakter awal yang
dimiliki anak. Karakter atau sifat dasar ini diantara yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sifat egosentrisme anif dan sifat fisiognomi anak
terhadap dunia di sekitarnya ( tentang hal hal tersebut akan disajikan dalam
makalah yang terpisah dari makalah ini)
Tuntunan
Islam dalam Pengasuhan Anak
Baik buruknya
akhlak dan kepribadian seorang anak menjadi tanggung jawab orang tua atau
walinya. Jika anak tumbuh berkembang dengan baik maka berbahagialah kedua orang
tua dan juga guru-gurunya. Namun sebaliknya jika dia tumbuh menjadi jahat dan
inkar kepada allah maka dosanyapun ditanggung oleh orang ua dan walinya. Oleh
karena itu, maka hendaklah para orang tua memelihara mendidik dan membina serta mengajarinya dengan akhlak
yang baik, menjaganya dari teman teman atau pergaulan yang jahat
Untuk itu
seorang guru atau orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada
seorang anak serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan kita
nabi Muhammad SAW. Beberapa tuntunan tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut :
1.
Menanamkan
Tauhid dan Aqidah yang benar kepada anak
. Tauhid merupakan landasan Islam. Apabila benar tauhidnya, maka ia akan
mendapatkan keselamatan di dunia dan diakhirat. Tanpa tauhid yang benar orang
akan jatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan didunia dan
diakherat , kekal dalam adzab neraka.
Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. QS :
Anisa 48
ÇBegitu beratnya
dosa syirik maka dalam Al Quran pula Allah mengkisahkan nasehat Lukaman kepada
anaknya .QS Lukman : 13.
dan (ingatlah)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
2. Mengajari Anak Untuk Melaksanakan Ibadah
: Hendaknya sejak kecil putra putri kita diajarkan bagaimana beribadah dengan
benar sesuai dengan tuntunan Rasullulah
Nabi Muhammad SAW . Mulai dari tata cara berwudhu, shalat, puasa serta berbagai
ibadah lainnya. Ajarilah anak anak Untuk shalat ketika mereka berusia tujuh
tahun dan “pukul”/cebleklah mereka
ketika sudah berusia 10 tahun bila tidak mau shalat. Bila mereka
telah bisa menjaga ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk
menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka dari dini, insya
Allah ketika dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
3. Mengajarkan Al-Quran, Hadits serta Doa dan
Dzikir yang Ringan kepada Anak-anak
Dimulai dengan surat Al-Fathihah dan surat-surat yang
pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru khusus bagi mereka
yang mengajari tajwid, menghapal Al-Quran serta hadits. Begitu pula dengan doa
dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai menghapalkannya, seperti doa
ketika makan, keluar masuk WC dan lain-lain.
4.
Mendidik
Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang Mulia
Ajarilah anak dengan berbagai adab Islami seperti
makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga
kebersihan, mengucapkan salam, dll.
Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada mereka
akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang
tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda,
serta beragam akhlaq lainnya.
5.
Melarang
Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan
Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari
beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan, seperti merokok,
judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada
orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya
6.
Menanamkan
Cinta Jihad serta Keberanian
Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah keberanian Nabi
dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam agar mereka
mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan sahabat-sahabat beliau
seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah membebaskan
negeri-negeri.
7.
Membiasakan
Anak dengan Pakaian yang Syar’i
Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian
sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian laki-laki
dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan anak-anak dari
model-model pakaian barat yang tidak syar’i, bahkan ketat dan menunjukkan
aurat.
Cara cara tersebut dapat diimplemtasikan dengan Konsep
dan metode 4T dalam Mendidika Anak.
1.
T 1 : Teges
(memahami jatindiri sebagai orang tua)
2.
T 2 :
Tulhada (orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya)
3.
T 3 : Tegel
(orang tua harus tegas dalam menegakkan aturan atau kesepakatan taua hal hal
lain yang jelek yang tidak sesuai ajaran agama)
4.
T 4 :
Tenanan lan Tememen (sungguh sungguh dan tidak banyak mengeluh)
Anak adalah amanah Tuhan yang menjadi salah satu kunci
kita menuju kemuliaan surga, yang tentunya menjadi idaman dan cita cita bagi
setiap muslim untuk menjadi penghuninya. Karena anak kitalah salah satu sebab
kita bisa menjadi penghuni atau penduduk surga.
“(di akherat) seseorang merasa heran ketika dirinya
berada di syurga dengan kedudukan yang mulia. Lalu Ia bertanya dari mana
kedudukan ini bisa diperoleh, (para malikat menjawab) anakmulah yang selalu
mendoakan ampunan untukmu. (HR. Ahmad)
Demikianlah beberapa tuntunan Islam dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam mendidik anak. Hendaknya para orang tua dan pendidik bisa
merealisasikannya dalam pendidikan mereka terhadap anak-anak. Dan hendaknya
pula mereka ingat, untuk selalu bersabar, menasehati putra-putri Islam dengan
lembut dan penuh kasih sayang. Jangan membentak atau mencela mereka, apalagi
sampai mengumbar-umbar kesalahan mereka.
Akhirnya mari kita memohon kepada allah semoga anak
anak kita menjadi anak yang menyenangkan hati kita selaku orang tua.
dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan
Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai
penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
QS Al Furqan 74r
Semoga bermanfaat, terutama bagi
orangtua dan para pendidik. Wallahu a’lam bishsawab.
Bundaaa... tulisannya baguss banget,,, keep writing bunda ^^
BalasHapus