Bismillahirahmanirahim

Semoga Ilmu yang dibagi dan pengetahuan yang diajarkan dapat menambah dan mempertebal keimanan dan Ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Senin, 20 Februari 2017

Perilaku Berbahasa Perkembangan Karakter dan Akhlakul karimah


 

Soleh Amini Yahman

soleh.amini@ums.ac.id

solehaminiyahman@yahoo.co.id

Pembentukan dan pengembangan karakter seseorang  dilakukan dalam proses yang panjang, dimulai semenjak seseorang dilahirkan, bahkan ketika calon manusia masih berada di dalam kandungan. Banyak factor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang karakter dan atau perilaku seseorang . salah satu diantara factor yang dominan dalam hal tersebut adalah factor bahasa dan pembiasaan berbahasa.

Apakah karakter itu ? karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Dengan demikian, karakter (watak; tabiat) dapat dipahami sebagai sikap, tingkah laku, dan perbuatan baik atau buruk yang berhubungan dengan norma social dan kebudayaan. Oleh karena itu, erat kaitan antara karakter,  interaksi social, dan tranformasi budaya serta nilai nilai social (termasuk di dalamnya nilai-nilai dan ajaran moral keagamaan

Sebagai makhluk sosial manusia tentu dan harus melibatkan bahasa saat berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa merupakan unsur penting kebudayaan. Transformasi budaya selama ini berlangsung tiada lain karena peran bahasa pula. Ungkapan ”bahasa menunjukkan bangsa” telah terbukti. Melalui bahasa kita dapat mengetahui budaya dan pola pikir suatu masyarakat. Karakter seseorang tampak dari perilaku berbahasanya, sebagaimana ditegaskan oleh Effendi (2009) bahwa cara berpikir seseorang tercermin dalam bahasa yang digunakannya. Jika cara berpikir seseorang itu teratur, bahasa yang digunakannya pun teratur pula (Cece Sobarna. 2010)[1].

Sampai dengan titik pembahasan ini tampak bahwa bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi primer dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah media komunikasi utama dalam berkehidupan social manusia, maka bahasa merupakan cermin kepribadian seseorang. Artinya melalui bahasa seseorang dapat diketahui seperti apa kepribadiannya atau karakternya.. Dengan demikian maka, bahasa merupakan salah satu bidang yang memegang peranan penting untuk membentuk karakter seseorang. Oleh karena itu , Bahasa sebagai wahana pendidikan karakter perlu direncanakan, dibina, dan dimodernkan. Strategi yang efisien dan efektif untuk mewujudkannya tiada alin adalah melalui pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu, perencanaan pengajaran bahasa yang terpadu dan sinergis perlu diupayakan. Pun demikian dengan pembiasaan berbahasa di wilayah kehidupan rumah tangga juga perlu dilaksanakan dengan tertip dan prudent, karena keluarga atau rumah tangga merupakan lingkaran pertama dimana anak belajar berbahasa dan membiasakan berbicara dengan bahasa. Keluarga adalah merupakan sekolah pertama bagi seorang manusia untuk menjadi manusia, bertumbuh dan berkembang menuju kedewasaan dan membentuk masa depannya. Dari Keluargalah semua itu bermula[2] .

Berbahasa adalah Berperilaku

  Dalam perspektif mazahab psikologi Behaviorisme disebutkan perilaku adalah merupakan respon atau reaksi atas adanya suatu rangsang-rangsang tertentu sehingga menyebabkan seseorang itu bertindak atau berperilaku tertentu. Demikian pula halnya dalam hal perilaku berbahasa. Seseorang berbahasa didasari oleh adanya kebutuhan untuk berhubungan (berinteraksi) dengan orang lain. Kebutuhan atau kesadaran untuk berinteraksi itulah rangsang primer mengapa orang berbahasa, dan alat yang paling hakiki dalam berinteraksi dengan orang lain tersebut adalah Bahasa, baik bahasa verbal maupun bahasa non verbal. Kehadiran orang-orang disekitar individu itulah yang menjadi rangsang mengapa manusia berperilaku (dalam hal ini berbahasa). Bahasa dalam perpektif psikologi social difungsikan sebagai ruh yang menyebabkan hidupnya situasi social sehingga hidup manusia itu menjadi penuh makna makna.

Dalam hal manusia berperilaku berbahasa, manusia harus melakukannya melalui tahap tahap pembelajaran social tertentu. Artinya perilaku berbahasa itu ditumbuh kembangkan melalui tahapan tahapan tertentu, tidak langsung bisa. Merujuk pada teori belajar social dari Albert Bandura, seorang individu belajar banyak tentang perilaku adalah melalui peniruan / modeling, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang diterimanya. Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" atau pembelajaran melalui pengamatan. Albert Bandura (1971), dalam teori teori pembelajaran sosial membahas tentang (1) bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat (reinforcement) dan observational learning, (2) cara pandang dan cara pikir yang kita miliki terhadap informasi, (3) begitu pula sebaliknya, bagaimana perilaku kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat (reinforcement) dan observational opportunity.
   Teori belajar sosial menekankan observational learning sebagai proses pembelajaran, yang mana bentuk pembelajarannya adalah seseorang mempelajari perilaku dengan mengamati secara sistematis imbalan dan hukuman yang diberikan kepada orang lain.
Dalam observational learning terdapat empat tahap belajar dari proses pengamatan atau modeling Proses yang terjadi dalam observational learning tersebut antara lain :
a. Atensi, dalam tahapan ini seseorang harus memberikan perhatian terhadap model dengan cermat
b. Retensi, tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku yang ditampilkan oleh model yang diamati maka seseorang perlu memiliki ingatan yang bagus terhadap perilaku model.
c. Reproduksi, dalam tahapan ini seseorang yang telah memberikan perhatian untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya maka berikutnya adalah mencoba menirukan atau mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh model.
d. Motivasional, tahapan berikutnya adalah seseorang harus memiliki motivasi untuk belajar dari model.
Pembentukan Perilaku.
            Perilaku manusia pada dasarnya dibedakan dalam dua kategori, yakni perilaku yang bersifat instingtif dan perilaku yang dipelajari. Dalam berbahasa (sebagai perilaku) , perilaku berbahasa termasuk dalam kedua kategori tersebut. Berbahasa adalah instingtif  namun juga harus dikembangkan dengan pola belajar tertentu sehingga tercapai kemampuan berbahasa yang utuh atau sempurna.
            Ada beberapa cara membentuk perilaku (berbahasa) sehingga tercapai atau terbentuk  perilaku berbahasa sebagaimana yang kita inginkan.
1.      Cara pembentukan perilaku berbahasa dengan kondisioning atau kebiasaan. Yaitu dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, sehingga akhirnya akan terbentuk perilaku tersebut. Misalnya anak didik dibiasakan berbahasa jawa atau bahasa inggris setiap memulai pelajaran, atau setiap hari tertentu atau jika berada dikawan tertentu harus berbahasa inggris. Cara ini didasarkan atas teori belajar kondisioning yang dikemukakan oleh Pavlov maupun Thorndike dan Skinner (Hergenhahn, 1976).
2.      Pembentukan perilaku berbahasa dengan pengertian (insight). Pembentukan perilaku juga dapat ditempuh dengan pemberian pengertian atau insight. Misalnya kepada anak diberikan pengertian bahwa berbahsa Indonesia dengan baik dan benar itu sangat penting bagi terwujutnya persatuan dan kesatuan bangsa. Bahwa Berbahasa ingggris itu sangat penting dan perlu karena bahsa inggris itu bahasa internasional dan kita hidup di era global, dan sebagainya. Cara ini berdasar atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian. Dalam teori Kohler dinyatakan bahwa dalam belajar itu yang penting adalah pengertian atau insight.
3.      Pembentukan perilaku berbahasa dengan menggunakan model. Pembentukan perilaku dapat ditempuh juga dengan menggunakan model atau contoh. Guru atau orang tua harus bisa menjadi contoh atau model dalam berbahasa. Gunakan bahasa yang baik, santun dan bermartabat jika anda menginginkan anak anak anda menjadi peribadi yang perilaku bahasanya baik, sopan dan bermartabat. Cara ini didasarkan atas teori belajar social (social learning theory) atau observational learning theory sebagaimana dikemukakan oleh Albert Bandura di muka.

Semua Bermula Dari Keluarga

Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pendidikan anak, baik dalam dalam hal pendidikan rohaniah, pendidikan jasmani, ketrampilan  social dan ketrampilan berbahasa. Mengapa demikian ? karena di dalam lingkungan keluarga  inilah  seorang  manusia pertama kali belajar bagaimana ia menjadi manusia sehingga kelak dia menjadi manusia yang baik atau tidak baik ,menjadi manusia yang taat kepada Allah atau menjadi manusia yang ingkar kepada Allah.menjadi orang yang santun atau urakan dsb.  Sebegitu penting arti dan peranan Keluarga dalam pendidikan seseorang maka Allah memperingatkan dan memerintahkan kepada kita semua untuk  selalu menjaga keluarga kita dengan sebaik-baiknya sehingga terhindar dari celaka terjilat api neraka. Allah berfirman dalam Al Quran Surah At-Tahrim : 6

6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Keluarga mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembangunan masyarakat  dunia , karena keluarga merupakan batu sendi  atau batu pondasi bangunan masyarakat tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapakan insan insan mulia yang paripurna beriman dan bertaqwa hanya kepada allah sebagaimana Allah firmankan dalam QS Ali Imran : 110 

kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Fungsi dan Peran keluarga dalam tumbuh kembang anak
Minimal ada tiga peran dan fungsi keluarga dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu
1.      Peran dan fungsi perawatan
2.      Peran dan fungsi pengasuhan
3.      Peran dan fungsi pendidikan
Ketiga peran dan fungsi keluarga tersebut tidaklah berdiri sendiri sendiri , tetapi merupakan satu cakupan pengelolaan manajerial keluarga, dan tidak pula terdeferensiasi dalam job diskripsi ini tugas ayah ini tugas ibu. Ayah dan ibu sebagai leader (imam) dalam keluarga mempunyai tugas bersama melakukan tiga peran dan fungsi tersebut.
Untuk dapat melaksanakan peran dan fungsi keluarga tersebut secara maksimal, maka keluarga (ayah dan ibu) harus memahami hal hal hal sebagai berikut : (1). Kebutuhan dasar anak (2). Dinamika kehidupan sosiopsikologis anak (3) Dunia anak anak dan beberapa hall ain yang menjadi ciri atau karakteristik kehidupananak anak.
Kebutuhan dasar anak meliputi  (1) kebutuhan biologis, yakni ketercukupan kebutuhan asupan gizi dan nutrisi sehingga anak mempunyai peluang yang besar untuk melalui masa tumbuh-kembangnya dengan sehat bahagia dan sejahtera (2). Kebutuhan rasa aman, meliputi aman secara lahiriah (cukup sandang, papan) dan aman secara sosial maupun psikologis (bebas dari rasa takut, tertekan, ketidaknyamanan, cukup memperoleh pendidikan dsb) (3). Kebutuhan cinta dan kasih sayang, yakni cinta dan kasih sayang dari ayah ibu dan anggota keluarga lainnya serta dari lingkungan masyarakat,guru maupun teman-teman sebaya/peer group. (4) kebutuhan akan penghargaan yakni diakui dan dihargai, tidak dilecehkan atau disepelekan oleh siapa saja dan (5). Kebutuhan untuk beraktualisasi, berkarya, bermain dan berprestasi.
Dalam hal pengasuhan anak dalam keluarga ini, Syaikh abu Hamid Al Ghazali mengatakan “ Ketahuilah bahwa anak merupakan amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada siapa saja yang disodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan  dia akan tumbuh dalam kebaikan. Tetapi jika dibiasakan dengan kejelekan dan diliarkan sebagaimana binatang ternak yang digembalakan dipadang , maka dia menjadi jahat dan akhirnya binasa.
Baik buruknya akhlak dan kepribadian seorang anak menjadi tanggung jawab orang tua atau walinya. Jika anak tumbuh berkembang dengan baik maka berbahagialah kedua orang tua dan juga guru-gurunya. Namun sebaliknya jika dia tumbuh menjadi jahat dan inkar kepada allah maka dosanyapun ditanggung oleh orang ua dan walinya. Oleh karena itu, maka hendaklah para orang tua memelihara mendidik  dan membina serta mengajarinya dengan akhlak yang baik, menjaganya dari teman teman atau pergaulan yang jahat
Tuntunan Islam dalam Pengasuhan Anak
Baik buruknya akhlak dan kepribadian seorang anak menjadi tanggung jawab orang tua atau walinya. Jika anak tumbuh berkembang dengan baik maka berbahagialah kedua orang tua dan juga guru-gurunya. Namun sebaliknya jika dia tumbuh menjadi jahat dan inkar kepada allah maka dosanyapun ditanggung oleh orang ua dan walinya. Oleh karena itu, maka hendaklah para orang tua memelihara mendidik  dan membina serta mengajarinya dengan akhlak yang baik, menjaganya dari teman teman atau pergaulan yang jahat
Untuk itu seorang guru atau orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan kita nabi Muhammad SAW. Beberapa tuntunan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1.       Menanamkan Tauhid dan Aqidah yang benar kepada anak . Tauhid merupakan landasan Islam. Apabila benar tauhidnya, maka ia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan diakhirat. Tanpa tauhid yang benar orang akan jatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan didunia dan diakherat , kekal dalam adzab neraka 
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. QS : Anisa 48
Begitu beratnya dosa syirik maka dalam Al Quran pula Allah mengkisahkan nasehat Lukaman kepada anaknya .QS Lukman : 13.




dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
2.  Mengajari Anak Untuk Melaksanakan Ibadah : Hendaknya sejak kecil putra putri kita diajarkan bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan  tuntunan Rasullulah Nabi Muhammad SAW . Mulai dari tata cara berwudhu, shalat, puasa serta berbagai ibadah lainnya. Ajarilah anak anak Untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan “pukul”/cebleklah  mereka ketika sudah berusia 10 tahun bila tidak mau shalat. Bila mereka telah bisa menjaga ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka dari dini, insya Allah ketika dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
3.  Mengajarkan Al-Quran, Hadits serta Doa dan Dzikir yang Ringan kepada Anak-anak
Dimulai dengan surat Al-Fathihah dan surat-surat yang pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru khusus bagi mereka yang mengajari tajwid, menghapal Al-Quran serta hadits. Begitu pula dengan doa dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai menghapalkannya, seperti doa ketika makan, keluar masuk WC dan lain-lain.
4.      Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang Mulia
Ajarilah anak dengan berbagai adab Islami seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll.
Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlaq lainnya.
5.      Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan
Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan, seperti merokok, judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya
6.      Menanamkan Cinta Jihad serta Keberanian
Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah keberanian Nabi dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam agar mereka mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah membebaskan negeri-negeri.
7.      Membiasakan Anak dengan Pakaian yang Syar’i
Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan anak-anak dari model-model pakaian barat yang tidak syar’i, bahkan ketat dan menunjukkan aurat.
Cara cara tersebut dapat diimplemtasikan dengan Konsep dan metode 4T dalam Mendidika Anak.
1.      T 1 : Teges (memahami jatindiri sebagai orang tua)
2.      T 2 : Tulhada (orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya)
3.      T 3 : Tegel (orang tua harus tegas dalam menegakkan aturan atau kesepakatan taua hal hal lain yang jelek yang tidak sesuai ajaran agama)
4.      T 4 : Tenanan lan Tememen (sungguh sungguh dan tidak banyak mengeluh)
Anak adalah amanah Tuhan yang menjadi salah satu kunci kita menuju kemuliaan surga, yang tentunya menjadi idaman dan cita cita bagi setiap muslim untuk menjadi penghuninya. Karena anak kitalah salah satu sebab kita bisa menjadi penghuni atau penduduk surga.
“(di akherat) seseorang merasa heran ketika dirinya berada di syurga dengan kedudukan yang mulia. Lalu Ia bertanya dari mana kedudukan ini bisa diperoleh, (para malikat menjawab) anakmulah yang selalu mendoakan ampunan untukmu. (HR. Ahmad)
Demikianlah beberapa tuntunan  Islam dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mendidik anak. Hendaknya para orang tua dan pendidik bisa merealisasikannya dalam pendidikan mereka terhadap anak-anak. Dan hendaknya pula mereka ingat, untuk selalu bersabar, menasehati putra-putri Islam dengan lembut dan penuh kasih sayang. Jangan membentak atau mencela mereka, apalagi sampai mengumbar-umbar kesalahan mereka.
Akhirnya mari kita memohon kepada allah semoga anak anak kita menjadi anak yang menyenangkan hati di dunia dan akherat.
tSukomulyo 20 Februari 2016



[1] Bahasa sebagai Pendidikan Karakter :  Badan pengembangan dan pembinaan Bahasa Kemendikbur RI, 2012


[2] Baca Makalah “Semua bermula dari Kularga” by. Soleh amini Yahman 2016.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar