Pengantar
Psikologi Umum 1
By. Soleh
Amini Yahman.
Pendahuluan
Term atau istilah psikologi merupakan istilah
yang sangat populer dalam perbendaharaan kata sehari hari. Dalam setiap
perbincangan kita sering menggunakan istilah psikologi untuk menggambarkan atau
menjelaskan kondisi kehidupan internal seseorang yang terkait dengan
perilaku-perilaku kejiwaan seseorang. Hampir semua aspek dan gejala perilaku
manusia dapat dikaji dari persepektif psikologi.
Fleksibilas dan luasnya pembahasan psikologi
menyebabkan psikologi mempunyai banyak bidang atau bidang kajian. Misalnya
psikologi sosial, psikologi klinis, psikologi pendidikan, psikologi industri
dan organisasi, psikologi kesehatan dan lain-lain. Luasnya cakupan bidang
psikologi inilah yang mendorong lahirnya kajian-kajian baru yang bersifat
kontemporer. Karena obyek kajian psikologi adalah perilaku manusia maka
pembelajaran terhadap psikologi tidak bisa dilakukan secara mandiri. Artinya
untuk mempelajari ilmu psikologi secara holistik dan komprehensif maka peran-peran
ilmu lain yang pararel dan se-tema dengan ilmu psikologi harus pula dilibatkan.
Misalnya sosiologi, antrpologi dan komunikasi. Dengan kata lain pembelajaran terhadap
psikologi harus dilakukan dengan model pendekatan interdisipliner. Pendekatan
interdispliner ini akan memberikan pengkayaan terhadap model dan pendekatan
psikologi dalam memahami gejala-gejala perilaku manusia. Dalam skema
sistematika ilmu pengetahuan, ilmu psikologi digolongkan dalam rumpun ilmu
humanistik behavioral, bukan ilmu sosial. Penggolongan ini menempatkan ilmu
psikologi sebagai ilmu yang mempunyai spesifikasi khusus sebagai ilmu yang
mempelajari tentang kehidupan humanistik behavioralistik secara komprehensif
dan holistik. Sebagai konsekwensi atas penempatan yang demikian ini maka ilmu
psikologi harus selalu membuka diri untuk menerima intervensi oleh ilmu-ilmu
lain guna pengembangan dan pengkayaan ilmu psikologi itu sendiri. Demikian pula
halnya ilmuwan atau praktisi psikologi juga harus membuka cakrawala
intelektualitasnya untuk menerima pengkayaan ilmu yang bersumber di luar ilmu
psikologi. Dengan kata lain egosime sektoral dan disipliner harus mulai
ditinggalkan, digantikan dengan semangat kolaboratif menuju model pembelajaran
bersama dan kerja sama.
BAB II
Manusia Dalam Perspektif Psikologi
Memahami eksistensi manusia
Menurut hakekatnya, manusia
adalah merupakan makluk yang bersifat unitas
multilplex. Artinya manusia adalah makluk yang berpedikat ganda, yaitu
sebagai makluk individual dan makhluk sosial sekaligus makhluk yang
berketuhanan. Eksistensi hidup manusia terdiri atas dua entitas tunggal, yaitu jiwa dan raga. Oleh karena itu dalam perspektif filsafat
psikologi, manusia ditempatkan sebagai makhluk somatopsychologis yang bersifat loro-lorone
atunggal, antara jiwa dan raga tidak
bisa dipisahkan, yang satu dengan yang lan saling mempengaruhi. Konsep inilah
yang pada akhirnya membawa praktisi psikologi ke dalam pendekatan holistic care dalam memberikan pelayanan
dan perawatan psikologis pada kliennya. Konsep ini jugalah yang membawa para
psikolog, konselor dan terapis tidak bekerja secara manunggal tetapi bermitra
dengan profesi-profesi lain yang pararel dalam arti mengembangkan kerjasama
profesional dengan profesi lain seperti dokter, sosiolog, agamawan dan lain
sebagainya.
Pengertian
Jiwa : ?
Jiwa sebagai obyek kajian
psikologi adalah merupakan substansi yang tidak dapat dilihat secara kasat mata
kita, sekalipun menggunakan alat-alat pembesar yang super modern. Oleh karena
itu dalam mempelajari eksistensi jiwa sebagai komponen kehidupan manusia, kita
hanya dapat mempelajarinya sebatas gejala-gejala kejiwaannya saja, yaitu berupa
perilaku atau tingkah laku.
Menurut seorang ahli filsafat
jerman Tatens (1775) dalam teori Trichotomi, hidupnya jiwa digerakkan oleh tiga daya (power) yaitu
daya pikiran, daya perasaan dan daya kemauaan. Sedangkan menurut B. Bloom kehidupan jiwa dibagi dalam
tiga ranah atau domain yaitu domain cognitif,
domain affectif dan domian psychomtoric.
Menurut istilah bahasa Indonesia ketiga domain tersebut dapat diungkapkan
sebagai Cipta, Rasa dan Karsa.
Aristoteles
menterjemahkan pengertian Jiwa sebagai kekuatan hidup atau levens beginsel (sebabnya hidup). Jiwa adalah unsur kehidupan,
karena tiap-tiap makhluk hidup mempunyai jiwa. Jadi baik manusia, hewan maupun
tumbuhan menurut pendapat Aristoteles adalah berjiwa atau beranima. Berangkat dari pendapat ini maka terdapatlah tiga
tingkatan kehidupan jiwa, yaitu :
- Anima Vegetativa, yaitu anima yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Anima ini memberikan kemampuan untuk makan-minum dan berkembang biak.
- Anima sensitiva, yaitu anima atau jiwa yang terdapat pada kalangan hewan. Anima ini memberi kemampuan selain makan minum, berkembang biak juga kemampuan untuk mempertahankan dan melindungi diri dari bahaya, berpindah-pindah tempat, mempunyai nafsu, dapat mengamati, dapat menyimpan pengalaman-pengalamannya.
- Anima Intelektiva, yaitu anima atau jiwa yang hanya terdapat pada manusia. Anima ini mempunyai kemampuan yang paling sempurna. Selain kemampuan untuk tumbuh berkembang dan kemampuan-kemampuan sebagaimana terdapat pada kehidupan anima sensitiva, pada anima intelektiva ini juga terdapat kemampuan untuk berfikir, berkemauan atau berkehendak. Kemampuan berfikir dan berkehendak hanya mungkin terwujut bila akal budi dan alam pikir manusia selalu dilatih dan diasah dengan proses pembelajaran learn by doing maupun model pembelajaran learn by experiance.
Menurut pandangan Aristotels
anima yang lebih tinggi mencakup sifat-sifat atau kemampuan-kemampuan yang
dimliki oleh anima yang lebih rendah. Anima Intelektiva merupakan tingkatan
anima yang paling tinggi, sedangkan anima vegetativa merupakan tingkatan anima
yang terendah.
Senada dengan penjelasan para
pakar sebagaimana tersebut diatas, seorang tokoh pendidikan nasional Indonesia
Ki Hadjar Dewantara memberi penjelasan tentang pengertian jiwa sebagai berikut.
- Jiwa adalah kekuatan yang menyebabkan hidupnya manusia
- Jiwa adalah esensi yang menyebabkan manusia dapat berfikir, berperasaan dan berkehendak (berbudi)
- Jiwa jugalah yang menyebabkan orang menjadi mengerti (know and understanding) atau insyaf, sadar (insight, awarness) akan segala gerak jiwanya. Sehingga jiwa memberikan kekuatan pada manusia untuk bertanggung jawab atas tingkah laku dan perbuatannya.
Sekalipun sulit untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan apa sebenarnya jiwa itu, namun adanya
kenyataan bahwa manusia itu berjiwa tidak dapat dibantah kebenarannya.
Sekalipun jiwa itu sendiri tidak menampak, tetapi dapat dilihat keadaan-keadaan
yang dapat dipandang sebagai gejala-gejala kehidupan jiwa. Misalnya orang yang
sedang menggerutu menandakan bahwa orang tersebut sedang tidak senang hatinya,
orang yang sedang ketawa-ketiwi bersama teman-temannya dapat diperkirakan bahwa
orang tersebut sedang bersenang-senang, demikian pula sebaliknya orang yang
wajahnya besengut dapat diduga kuat orang tersebut sedang bersedih hati,
jengkel atau marah.
Keharmonisan
perkembangan untuk seluruh aspek pribadi atau kejiwaan tersebut sangat diperlukan, agar supaya tidak terjadi
penojolan pekembangan untuk salah satu aspek pribadi saja yang akibatnya akan
terjadi perkembangan yang ekstrem untuk satu aspek saja. Misalnya perkembangan
yang ekstrem pada unsur cipta atau cognition akan menyebabkan manusia brsifat
intelektualistis. Ekstrem pada perkembangan
rasa atau affectif menyebabkan
individu menjadi emosionalistis, perkembangan karsa menyebabkan voluntaristis,
ekstrem pada perkembangan sifat sosial menyebabkan altruistis, ekstrem pada
perkembangan individulitas menyebabkan
egoistis, ekstrem pada pemeliharaan raga saja menyebabkan animalistis dan lain-lain sebagainya.
Pengertian dan
Definisi Psikologi
- Willhem Wund : Psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the sciene of human consciousness) . Dari definisi ini para ahli psikologi akan mempelajari proses-pros elementer dari kesadaran manusia itu. Dari batasan ini dapat dikemukakan bahwa keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia itu. Unsur kesadaran merupakan hal yang dipelajari dalam psikologi.
- Woodworth and Marquis : Psikologi ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas-aktivitas individu, baik aktivitas motorik,kognitif maupun aktivitas emosional. Selengkapnya saya kutipkan penjelasan Woodword dan Marquis tentang definisi psikologi . Psychology can defined as the science of the activity of the individual. The word “activity” is used here in very broad sense. Includees not only motor activity like walking and speaking, but also cognitive (knowladge getting) activity like seeing,hearing, remembring and thinking, and emotional activity like laughing and crying and feeling or sad (Woordworth and Marquis, 1957).
- WJH. Sprott (1949). Psychology has been defined as the science of human behavior. Psikologi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
- J.S. Ross (1953) Psychology is the study of behavior and its motives. (psikologi mempelajari perilaku dan motivasinya)
- Morgan (1984) Psychology is the science of human and animal behavior.
- W.J. Pitt (1954) Psychologi is defined as the science that studies the human organism as influence by heredity and the dynamic force of experiance and environment (Psikology didefiniskan sebagai ilmu yang mempelajari organisme daripada sifat manusia yang dipengaruhi oleh sifat keturunan dan berbagai pengalaman yang dinamis yang didapat dari lingkungannya.
Dari sekian banyak difinisi tersebut diatas,
hampir semua ahli menempatkan kata “behavior” sebagai obyek kajian psikologi.
Lantas pertanyaan yang timbul dari pembatasan ini adalah “apakah tingkah laku
atau behavior” itu ?
Perilaku Manusia
Tingkah laku atau sering disingkat dengan kata
perilaku adalah merupakan sekumpulan aktivitas psikofisik yang merupakan
perwujutan atau manifestasi dari kehidupan kejiwaan
Perilaku
atau aktivitas yang ada pada manusia atau organisme tidak timbul dengan
sendirinya atau timbul begitu saja, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus
atau rangsang-rangsang yang mengenai individu. Perilaku adalah merupakan
jawaban atau respon dari individu/organisme atas stimulus yang mengenainya.
Karena itu pemunculan atau terjadinya perilaku dapat dirumuskan dengan
formulasi umum sebagai berikut : R = f (S,O), dengan pengertian R adalah Respon atau
perilaku, f adalah fungsi, S adalah stimulus dan O adalah organisme
atau individu.
Rumusan
yang relatif sama juga dikemukakan oleh Kurt Lewin, dalam teori medan. Lewin
menyatakan bahwa perilaku terbentuk karena fungsi interaksi antara enviorenment
dan organisme. Jadi menurut Lewin B = f
(E.O), dimana B adalah behavior atau tingkah laku, O adalah organisme atau individu dan E adalah eniviorenment atau lingkungan yang membawa
stimulus dan f adalah fungsi interaksi
antara E dan O.
Jenis-Jenis Perilaku
Secara
garis besar perilaku manusia dibedakan antara perilaku yang disadari atau
perilaku non reflektif dan perilaku yang tidak disadari atau disebut perilaku
reflektif. Perilaku reflektif adalah perilaku yang terjadi sebagai respon
spontan atas rangsang / stimulus yang mengenai organisme tersebut. Reaksi atau
perilaku refliktif adalah perilaku yang terjadi dengan sendirinya secara
otomatis. Stimulus atau rangsang yang diterima oleh organisme tidak sampai ke
pusat susunan syaraf pusat sebagai pusat kesadaran dan sebagai pusat pengendali
perilaku. Dalam perilaku yang reflektif respon langsung timbul begitu menerima
stimulus. Dengan kata lain begitu stimulus diterima oleh reseptor, begitu
langsung respon timbul melalui afektor, tanpa melalui pusat kesadaran. Sebagai
contoh misal reaksi pupil mata (kedipan) bila kena sinar yang besarnya melebihi
ambang batas penerimaan maka mata akan memejam, juga ketika tangan tersulut api
maka seketika tangan akan ditarik atau mengibas.
Lain
halnya dengan perilaku non reflektif, perilaku ini diatur atau ikendalikan oleh
pusat kesadaran. Setelah stimulus diterima oleh reseptor maka selanjutnya
diteruskan ke otak sebagai pusat kesadaran, baru kemudian direspon melalui
afektor. Proses yang terjadi di dalam pusat kesadaran inilah yang disebut
sebagai prose psikologis. Perilaku atau aktivitas atas dasar proses psikologis
inilah yang disebut aktivitas psikologis atau perilaku psikologis (baca, Branca,
1964)
Pembentukan Perilaku
Sebagian
besar perilaku manusia adalah perilaku yang dibentuk, perilaku yang disadari
dan perilaku yang dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu
persoalan yang muncul adalah pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimana cara
pembentukan perilaku tersebut. Ada tiga cara pembentukan perilaku :
- Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau membentuk kebiasaan. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning adalah cara pembentukan perilaku dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan. Dengan pembiasaan ini diharapkan lambat laun akan terbentuk otomatisasi perilaku. Misalnya anak dibiasakan bangun pagi, seorang muslim dibiasakan bangun di tengah malam untuk menunaikan shalat tahajut, kebiasaan cuci tangan sebelum makan, gosok gigi sebelum tidur, berdoa sebelum berangkat kerja dan sebagainya. Sekedar sebagai pengingat, konsep dasar cara pembentukan perilaku ini adalah didasarkan pada teori belajar kondisioning, baik yang dikemukakan oleh Pavlov, Thorndike dan Skinner.
- Pembentukan Perilaku dengan Pengertian (Insight), selain dengan pembiasan pembentukan perilaku dapat dilakukan dengan menanamkan pengertian atau membentuk insight. Misalnya berangkat sekolah harus pagi-pagi agar tidak terlambat sehingga tidak dimarahi oleh guru, datang kuliah jangan sampai terlambat karena hal tersebut dapat mengganggu teman-teman yang lain. Bila naik sepeda motor harus menggunakan helm pengaman karena helm tersebut untuk menjaga keamanan diri dan masih banyak contoh lain untuk menggambarkan hal tersebut. Sekedar mengingatkan, model pembentukan perilaku dengan insight ni didasarkan pada konsep teori belajar kognitip yang dikembangkan oleh Kohler. Bila Thorndike lebih menekankan pentingnya pembiasaan atau latihan dalam belajar pembentukan perilaku, maka Kohler lebih menekankan pentingnya memberi pengertian atau memunculkan insight. Kohler adala tokoh dalam psikologi Gestalt dan termasuk dalam aliran kognitip.
- Pembentukan Perilaku dengan Menggunakan Model, yaitu pembentukan perilaku dengan menggunakan contoh yang bersumber dari model.Misalnya perilaku orang tua sebagai contoh model pembentukan perilaku anak-anaknya. Perilaku guru sebagai contoh model bagi murid-muridnya. Pimpinan dijadikan contoh atau model bagi yang dipimpinnya. Contoh-contoh tersebut menujukkan pembentukan perilaku dengan menggunakan model.
4. Mengenal
Beberapa teori Perilaku
Teori
adalah merupakan sekumpulan konstruk-konstruk hasil analisis kritis dari
sejumlah gejala-gejala tertentu yang dikumpulkan dengan pendekatan ilmiah dan
dipaparkan dalam suatu statment tertentu guna menjelaskan dinamika gejala-geala
yang dimaksud.
Perilaku
sebagai sebuah gejala dapat dijelaskan dinamikanya melalui beberapa teori, dan
beberapa sudut pandang filosofisnya. Teori teori tersebut diantaranya dapat
dikemukakan sebagai berikut.
1. Teori Insting.
Pada
awal pemunculannya di tahu 1908, teori
yang dikemukakan oleh Williem Mc. Dougall ini banyak mendapat kritik dan bahkan
penolakan dari para ahli dan rekan sejawatnya pada waktu itu. Kritik dan
penolakan tersebut karena teori yang dibangun tersebut sangat biological cetris. Mc. Dougall
berpendapat, perilaku manusia itu sangat dipengaruhi
atau disebabkan oleh dorongan insting yang sudah build in dalam diri manusia sejak manusia tersebut dilahirkan.
Menurutnya insting merupakan perilaku yang innate,
perilaku yang bawaan, dan insting akan mengalami perubahan karena bertambahnya
pengalaman
Salah
satu pengkritik Mc Dougall adalah Floyd Allport (1924). Ia tidak sependapat
bila penyebab berperilakunya seseorang itu semata-mata karena disebabkan oleh
dorongan insting. Floyd Allport berpendapat perilaku disebabkan oleh banyak
faktor. Dari sekian banyak faktor tersebut yang paling menojol adalah faktor
kehadiran atau keberadaan orang lain di sekitar kita. Keberadaan orang lain
itulah yang mendorong orang berperilaku dengan cara-cara tertentu guna
mewujutkan adaptasi diri sehingga individu merasa nyaman atau confortable.
2. Teori Dorongan (drive theory).
Teori
ini berangkat dari asumsi bahwa setiap diri manusia mempunyai kebutuhan atau
dorongan-dorongan (drive) tertentu. Dorongan-dorongan tersebut muncul karena
terkait dengan adanya kebutuhan-kebutuhan yang mendorong individu berperilaku
untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Menurut teori ini, bila seseorang
mempunyai kebutuhan maka akan terajadi ketegangan dalam diri organisme itu.
Bila individu berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi
pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut. Hull menamai teori
ini dengan nama drive reduction.
3. Teori insentif (insentive theory).
Asumsi
dasar dari teori ini adalah, bahwa perilaku organisme (manusia) itu disebabkan
oleh karena adanya insentif. Insentif ini akan mendorong orang itu berbuat atau berperilaku tertentu.
Insentif dalam kontek teri ini disebit juga dengan istilah reinforcement. Ada reinforcemnt positif ada juga reinforcement
negatif. Reinforcement positif adalah faktor penguat atau peneguh yang terkait
denga pemberian hadiah sedangkan reinforcement
negatif berkaitan dengan pemberian hukuman. Reinforecemen positif akan
mendorong seseorang untuk berbuat, sedangkan reinforcement negatif akan
menghambat organisme berperilaku. Ini berarti bahwa perilaku timbul karena
adanya insentif atau reinforcement. Perilaku semacm ini akan dikupas secara
meluas dan mendalam dalam psikologi belajar.
4.
Teori Atriibusi
Proses
atribusi telah menarik perhatian para
pakar psikologi sejak lama dan telah menjadi obyek penelitian yang cukup
intensif dalam beberapa dekade terakhir. Cikal bakan atau pelopor teori
atribusi berkembang dari tulisan Fritz Heider (1958) yang berudul “Psychology
of Interpersonal Relations”. Dua teori yang paling menojol dari segi konsep dan
penelitian dan akan kita beri penjelasan khusus pada bab-bab berikut pada buku
ini adalah : Teori inferensi terkait (Correspondance Inference Theory) dari
Jones and Davies ko-variasi dari Harold
Kelly (Kelly’s covariation theory)
Teori
ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah seseorang itu
berperilaku karena disebabkan oleh disposisi internal (misalnya motif, sikap
dsb) ataukah oleh keadaan ekternal. Bila seseorang menyimbulkan bahwa perbuatan
seseorang karena disebabkan oleh tekanan luar maka seseorang tersebut telah
melakukan atribusi ekternal terhadap orang lain yang dianalisanya, sebaliknya
jika seseorang berkesimpulan bahwa penyebab suatu tindakan karena disebabkan
oleh hal-hal internal maka seseorang tadi telah melakukan atribusi internal
terhadap orang lain.
ijin ngopy??
BalasHapusAlhamdulillah sangat bermanfaat ^-^
BalasHapusbaik sekali
BalasHapushttp://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fyantox_ska.wordpress.com
Alhamdulillah...saya dari gemolong.bisa ikut upgrading guru An-Nur
BalasHapusKeren
BalasHapus