Bismillahirahmanirahim
Semoga Ilmu yang dibagi dan pengetahuan yang diajarkan dapat menambah dan mempertebal keimanan dan Ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Senin, 04 April 2011
MEMBANGUN ORGANISASI YANG SEHAT
Drs. Soleh Amini Yahman. Psi. MSi8
Pendahuluan
Berorganisasi dalam perspektif psikologi adalah merupakan salah satu kebutuhan psikologis dan sosial yang sangat mendasar. Dalam konsep teori David Mc. Clelland, berorganisasi adalah merupakan perwujudan terhadap pemenuhan kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation), berprestasi (need for achievement) dan kebutuhan untuk mempunyai kekuatan/kekuasaan (need for power). Sementara dalam konsep teori abraham Maslow (Hierarchi need theori) kebutuhan terhadap organisasi ini dinyatakan sebagai wujut dari dorongan/ drive “love and belonging need (kebutuhan untuk mencitai dan dicintai, memiliki dan dimiliki).
Dari kedua konsep teori tersebut dapat kita pahami bahwa berorganisasi pada dasarnya adalah merupakan kebutuhan mutlak bagi keberlangsungan hidup manusia di tengah kehidupan sosial kemasyarakatan. Bahkan dalam konsep ilmu sosiologi dinyatakan bahwa manusia belum dapat disebut sebagai manusia bila Ia belum bergaul dengan manusia lain. Pergaulan hidup antar manusia itulah yang menjadi hakekat dari sebuah organisasi. Namun demikian manusia sering tidak menyadari arti penting berorganisasi sebagai sarana menuju kehidupan sosial yang lebih berkualitas dan produktif. Manusia sering terjebak pada kehidupan kelompok (organisasi) yang tidak produktif dan bahkan anti sosial. Akibatnya manusia yang demikian ini sering mempertontonkan (menujukkan) perilaku yang anarkis dan destruktif dengan mengatasnamakan organisasi. Kehidupan berorganisasi yang demikian inilah yang kita sebut sebagai “berorganisasi yang tidak sehat” . Sebagai organisasi yang berlabel islam dan intelektual , organisasi- organisasi di bawah persyarikatan muhammadiyah harus diarahkan pada organisasi yang produktif dan sosialable. Artinya organisasi yang bernaung di bawah persyarikatan, baik organisasi amal usaha muhamadiyah maupun organisasi sosial kemasyarakatan , harus didesign sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi untuk meningkatkan kualitas pribadi, kehidupan umat maupun kualitas intektual dan sosial dari para anggotanya. Sebagai organisasi persyarikatan muhammadiyah tidak boleh terjebak pada organisasi yang waton suloyo, waton maido dan anti kemapanan, tetapi menjadi organisasi yang dinamis, produktif dan inovatif serta mandiri, sehingga implementasi afiliatif, achievement dan powered sebagaimana dikemukakan oleh David Mc. Clellend dimuka tadi dapat terimplemantasi dalam kehidupan organisasi-organisasi di bawah persyarikatan muhammadiyah.
ORGANISASI : Pengertian dan Fungsinya
Dalam arti dinamis ( Organizing) , organisasi merupakan kegiatan pembagian tugas dan tanggung jawab terperinci . Di suatu departeman, misalnya, kegiatan organisasi adalah kegiatan memilah-milah pekerjaan menjadi bidang-bidang atau kotak-kotak tertentu, dan membagikannya kepada beberapa pejabat, memerinci hubungan antar bagian dan menentukan cara-cara untuk menempati jabatan-jabatan tersebut. Agar fungsi – fungsi tersebut dapat berjalan dengan lancar dan tidak overlaping,maka tugas organisasi yang pertama-tama adalah menentukan job diskripsi dari masing-masing jabatan atau bidang, kemudian menentukan job requairment/ job spesification-nya. Dengan cara yang demikian ini maka salah satu unsur kesehatan organisasi telah terpenuhi.
Dalam arti statis (organization), organisasi adalah wadah , kerangka dasar (framework) dari sebuah manajemen. James D. Mooney mengatakan “ organization is the form of every human association for the attainment of a common purpose” Organisasi adalah bentuk dari tiap kumpulan manusia untuk memperoleh/mencapai tujuan bersama. Sementara itu John D. Millet dalam bukunya Managemenet in the public service, mengatakan”organization is people working together “
Pengorganisasian sangat menentukan kelancaran pelaksanaan tugas dan merupakan wadah atau pengaturan lebih lanjut atas kekuasaan, pekerjaan, tanggung jawab dan orang-orang yang harus ditata-hubungkan satu sama lain sedemikian rupa, sehingga setiap orang tahu apa kedudukannya, apa tugasnya, siapa bawahannya, dan bagaimana cara menghubungkannya satu sama lain. Jadi pengorganisasian sebagai fungsi organik dari manajemen tidak lain adalah “keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas dan tanggung jawab serta wewenang-wewenang sedemikian rupa , sehingga tercipta suatu tatanan yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama.
Menjalankan Organisasi
Dalam kehidupan organisasi yang sehat (dalam arti benar dan betul), pengorganisasian dijalankan dalam tiga tahap, yaitu
1. Structuring ( penyusunan struktur)
2. Staffing ( pemilihan dan penempatan orang yang setepat-tepatnya)
3. Fungsionalisasi ( penentuan fungsi dan tugasuntuk masing-masing orang dan unit.
Dalam ketiga proses tersebut, unsur manusia sangatlah menentukan. Manusia merupakan unsur terpenting dalam suatu organisasi. Adanya suatu struktur yang stabil memungkinkan suatu organisasi berfungsi secara efektif dalam menjalankan fungsi dan tugas-tugasnya.. Tingkah laku (behavuiour) orang-orang di dalam organisasi tetap akan menjadi tingkah laku individu, akan tetapi Ia memiliki seperangkat faktor tertentu yang berbeda di luar peran organisasinya.
Komunikasi Organisasi
Struktur suatu organisasi cenderung mempengaruhi proses komunikasi dalam suatu organisasi, dan hidupnya suatu organisasi akan sangat tergantung dari unsur komunikasi itu sendiri. Tanpa komunikasi organisasi tidak akan bisa berjalan dengan baik dan efektif.
Komunikasi dalam organisasi lebih ditekankan pada arus komunikasi yang terjadi di antara orang-orang, dalam hal ini pejabat-pejabat dalam jaringan (network) yang dibentuk oleh struktur organisasi tersebut. Proses komunikasi tersebut dapat terjadi melalui satu atau dua dari saluran komunikasi yang ada, yaitu komunikasi resmi (formal) dan komunikasi non-formal.
Komunikasi formal terjadi dalam struktur organisasi formal dan biasanya berwujut pola-pola hubungan formal. Misalnya hubungan mengenai tugas-tugas, pembagian kerja, peraturan-peraturan, pelaksanaan kebijakkan, cara kerja dan sebagainya. Dapat dikatakan dalam komunikasi formal terdapat pola tingkah laku yang relatif stabil dan berubah sangat lambat
Pola organisasi memberi kemungkinan berlangsungnya sistem komunikasi dalam arah yang berbeda-beda, yaitu ke bawah (downwards), ke atas (upward), horisontal dan diagonal..
1. Komuniksi ke bawah (downward communication) : Kominikasi ini mengalir dari seorang pemimpin (manajer) pada jenjang hirarki yang lebih tinggi ke jenjang yang lebih rendah. Bentuk umumnya bisa brupa instruksi, memo resmi , pengumuman, surat edaran, pernyataan tentang kebijakan organisasi, prosedur, pedoman kerja dan lain-lain. Hal ini dapat dilaksanakan secara lesan dengan komunikasi tetap muka ataupun secara tertulis. Dari hasil komunikasi tersebut akan tercipta feedback atau umpan balik dari bawahan terhadap apa yang diterima dari atasan.
2. Komunikasi ke atas (upwards communication). Arus komunikasi dari dari bawahan ke atas (pimpinan), lebih menekankan pada aspek pertanggungjawaban antara hubungan pimpinan dan bawahan. Bentuk komunikasinya antara lain berupa laporan, surat pertanggungjawaban, saran pengaduan dan sebagainya.
3. Komunikasi horisontal , yaitu komunikasi secara mendatar. Misalnya antara seorang supervisior dengan supervisior lainnya, antara seorang staf dengan staf lainnya. Komunikasi horizontal ini penting untuk koordinasi. Komunikasi horizontal ini sering bersifat tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu mereka sedang bekerja, melainkan pada saat beristirahat, rekreasi, atau pada waktui pulang kerja. Dalam komunikasi ini, desas-desus, rumor, isu dan gosip cepat sekali menyebar.
4. Komunikasi diagonal, atau juga disebut komuniaski silang (cross communication) , yaitu komunikasi antara pimpinan bagian dengan staf dari bagian lain yang ada hubungan fungsional.
Organisasi dan Pengembangan SDM
Dalam perspektif sosial, sebuah organisasi adalah merupakan wadah atau tempat manusia berkumpul, berinteraksi serta tempat pengujian komitmen sosial serta tempat pembentukan jaringan sosial. Namun demikian dari semua fungsi tersebut, esensi yang paling mendasar dari semua tujuan keterlibatan seseorang dalam mekanisme oraganisasi adalah peningkatan kualitas diri. Organisasi sebagai wadah aktualisasi diri anggota-anggotanya dituntut untuk menyediakan ruang gerak bagi kompetisi dan kerja sama. Dengan pola kompetisi dan kerjsama ini maka dalam diri anggota akan muncul self stimulation (menstimulasi diri sendiri) untuk senantiasa belajar guna memajukan diri untuk memenangkan kompetisi dan menuai manfaat yang sebesar-besarnya dari kerja sama yang dijalin dengan anggota lainnya. Oleh karena itu oraganisasi yang sehat adalah organisasi yang bisa memberi ruang gerak bagi anggotnya untuk berbeda pendapat, berkompetisi dan bekerja sama secara leluasa. Bukan sebaliknya organisasi menjadi ‘penjara’ bagi anggota dan mengekang ‘naluri-naluri’ kemanusiaan yang mengelora. Bila pengekangan anggota dalam organisasi terjadi maka organisasi benar-benar akan menjadi ’penjara’ dalam arti yang sesungguhnya. Anggota organisasi terjebak dalam pola yang terhenti karena intervensi oraginisasi dalam upaya pengembangan dan kualitas diri anggota organisasi. Muhammadiyah sebagai organisasi yang berjumlah jutaan manusia harus mempu menjadikan dirinya sebagai ‘human institusional” atau “human oraganisation” dengan memberi kesempatan dan peluang seluas-luasnya kepada jamaahnya untuk berekpresi dan berkreasi, walau kadang-kadang manifestasi ekpresi dan kreasi tersebut bertentangan dengan pola kehendak pimpinan. Hal itu harus boleh selama perilaku tersebut tidak menentang Al-Qur’an, hadis dan matan muhammadiyah yang tertuang dalam kepribadian muhammadiyah serta tidak menabrak anggaran dasar dan anggran rumah tangga muhammadiyah. Hasil akhir dari konsep ini adalah lahirnya manusia-manusia muhammadiyah yang unggul dan berkualitas kerana didukung oleh organisasi yang unggul dan b erkualitas pula.
Penutup
Dari uraian singkat mengenai pengertian, fungsi, bentuk dan jalannya organisasi tersebut dimuka, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kesehatan suatu organisasi sangat ditentukan oleh manusia-manusia yang mengendalikan organisasi tersebut. Organisasi yang sehat ditandai oleh adanya kesadaran individu pelaku organisasi untuk memfungsikan organisasi yang digelutinya sebagai wadah atau frame work dari proses menajemen, sehingga terjadi kegiatan pembagian tugas dan tanggung jawab secara terperinci guna mencapai tujuan idial bersama yang telah ditetapkan. Disamping itu organisasi yang sehat juga ditandai oleh adanya komunikasi yang baik dalam arti terarah dan tersistematisasi secara nyata sehingga antar individu pengelola organisasi terjalin komunikasi yang berimbang , transparan dan bisa saling memahami.. Dalam organisasi yang sehat juga harus tersedia pedoman tingkah laku (Ad/ART/ kode etik, tata tertip maupun konvensi-konvensi). Ada pembagian tugas, peran dan tanggung jawab. Dan yang paling penting adalah adanya figur pimpinan yang bisa dijadikan panutan dan sumber rujukan dalam bertingkah laku, bertindak dan mampu mengambil keputusan secara tepat dan benar bagi semua pihak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar